Aku paham saat kau mengajakku memeluk sepi, menatap luka yang tergantung di sudut hati yang lalai. Membayangkan riak air matamu ketika bercerita tentang kehilangan. Tentang melepaskannya yang telah tega mengkhianati cintamu. Aku tidak bisa lagi berpikir, pikiranku buntu ketika rasa amarah ini telah meracuni hati. Tentang dia, tentang kamu dan melepaskan.
Hari ini, tepat hujan sedang asik turun. Rinainya membasahi separuh hatiku. Aku sedih dan kalut memikirkanmu.
Apa yang bisa kuperbuat? Tidk ada, hanya menggores sedikit kata untuk menenangkanmu. Tapi aku tau kau tidak pernah tenang.
Aku tidak bisa memelukmu, karena kau ada namun tak nyata.
Aku tidak bisa mengusap lembut bahumu, dan berkata bahwa kau bisa bersandar dibahuku. Karena kau ada namun tak nyata.
Sungguh, hujan juga rinai air matamu. Di kotaku hujan sedang turun dengan derasnya, banjir meluap meruap di kota kami. Tolong jangan menangis lagi. Jangan biarkan hatiku dan kotaku banjir air matamu.
Thanks: Nurlia Hardin
*Demi Kamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar