1
Aku terkejut ketika awan-awan terjatuh di halaman rumah rinduku yang sudah tujuh minggu belum dibersihkan oleh sapu yang kau pegang dan patah terbelah dua. Sedangkan kau masih asik menyeruput kopi bermadu mawar sambil memandang lukisan laki-laki yang tersalib yang patah dan matanya memandang kelangit
2
Kau masih tak mau mendengarkan pembicaraanku hanya karena aku tak percaya dengan lelaki berambut panjang yang kau katakan juru selamat. Aku tak mau melepas tubuhku hanya karena amsalmu menubuatkan kenabian atau ketuhanannya. Cinta yang terpasung paksa di hatiku. Terlepaslah!
3
Dan burung- burung gereja menyemai musim yang tak pernah terganti sejak bahtera nuh berlabuh. Mereka menemanimu dalam rindu yang tujuh bulan lalu siap memasungmu dengan tali keangkuhanmu. Biarlah di langit sana tuhanku dan tuhanmu berseteru tentang skenario cinta kita. Ah! Musim cepat bergantilah!
4
Ku mohon pada angin yang melihatku memegang cemeti siap mencambuk puisi-puisi yang ku lantunkan kepada bulan yang menjauh dari bima sakti hanya tak berani menyampaikannya kepadamu. Malaikat Gabriel sibuk menyuruh bulan dan bintang menemaniku. Dea , dengn nama tuhan kita masing-masig aku merindukanmu
*Demi Kamu
Banjarbaru