Translate

Rabu, 25 Januari 2017

“ Dengan nama tuhan kita masing-masing aku akan tetap merindukanmu walau engkau tak pernah percaya kepada tubuh yang aku anut”

1
Aku terkejut ketika awan-awan terjatuh di halaman rumah rinduku yang sudah tujuh minggu belum dibersihkan oleh sapu yang kau pegang dan patah terbelah dua. Sedangkan kau masih asik menyeruput kopi bermadu mawar sambil memandang lukisan laki-laki yang tersalib yang patah dan matanya memandang kelangit

2
Kau masih tak mau mendengarkan pembicaraanku hanya karena aku tak percaya dengan lelaki berambut panjang yang kau katakan juru selamat. Aku tak mau melepas tubuhku hanya karena amsalmu menubuatkan kenabian atau ketuhanannya. Cinta yang terpasung paksa di hatiku. Terlepaslah!

3
Dan burung- burung gereja menyemai musim yang tak pernah terganti sejak bahtera nuh berlabuh. Mereka menemanimu dalam rindu yang tujuh bulan lalu siap memasungmu dengan tali keangkuhanmu. Biarlah di langit sana tuhanku dan tuhanmu berseteru tentang skenario cinta kita. Ah! Musim cepat bergantilah!

4
Ku mohon pada angin yang melihatku memegang cemeti siap mencambuk puisi-puisi yang ku lantunkan kepada bulan yang menjauh dari bima sakti hanya tak berani menyampaikannya kepadamu. Malaikat Gabriel sibuk menyuruh bulan dan bintang menemaniku. Dea , dengn nama tuhan kita masing-masig aku merindukanmu

*Demi Kamu
Banjarbaru

Rabu, 18 Januari 2017

Memeluk Sepi

Aku paham saat kau mengajakku memeluk sepi, menatap luka yang tergantung di sudut hati yang lalai. Membayangkan riak air matamu ketika bercerita tentang kehilangan. Tentang melepaskannya yang telah tega mengkhianati cintamu. Aku tidak bisa lagi berpikir, pikiranku buntu ketika rasa amarah ini telah meracuni hati. Tentang dia, tentang kamu dan melepaskan.

Hari ini, tepat hujan sedang asik turun. Rinainya membasahi separuh hatiku. Aku sedih dan kalut memikirkanmu.

Apa yang bisa kuperbuat? Tidk ada, hanya menggores sedikit kata untuk menenangkanmu. Tapi aku tau kau tidak pernah tenang.

Aku tidak bisa memelukmu, karena kau ada namun tak nyata.
Aku tidak bisa mengusap lembut bahumu, dan berkata bahwa kau bisa bersandar dibahuku. Karena kau ada namun tak nyata.

Sungguh, hujan juga rinai air matamu. Di kotaku hujan sedang turun dengan derasnya, banjir meluap meruap di kota kami. Tolong jangan menangis lagi. Jangan biarkan hatiku dan kotaku banjir air matamu.

Thanks: Nurlia Hardin

*Demi Kamu

Selasa, 17 Januari 2017

Assalamu Alaikum Sahabat

Assalamu Alaikum sahabat,
Izinkanlah aku menulis kisah-kisahku disini, menceritakan sesuatu yang semestinya ditulis. Membuat pena yang rapuh ini bermanfaat. Agar ghiroh kecemburuan hadir di hati kita yang merindukan surga.
Wahai sahabat, aku tak pernah jenuh menulis,pun tak pernah jenuh menyiarkan kata-kata hikmah dimana pun aku sanggup mensiarkan.
Maka izinkanlah aku menulis sebait cinta Demi Kamu dan hanya untukmu.

*Demi Kamu